Kamis, 18 April 2024 | MasjidRaya.comTentang Kami | Kontak Kami
MasjidRaya.commedia silaturahmi umat
Inspirasi
Thufeil bin ‘Amr Ad-Dausi

Penyair Mahir yang Cerdas Bersyiar

Rabu, 26 Juli 2017

MRB - Di bumi Daus, dari keluarga yang mulia dan terhormat, lahirlah manusia cerdas yang dikaruniai bakat sebagai penyair, hingga nama dan kemahirannya termasyhur di kalangan suku-suku. Di musim ramainya pekan ‘Ukadh, tempat berkumpul dan berhimpunnya manusia, untuk mendengar dan menyaksikan penyair-penyair dari seluruh pelosok serta untuk menonjolkan dan membanggakan penyair masing-masing, maka Thufeil mengambil kedudukannya di barisan terkemuka.

Pada suatu ketika, saat ia berkunjung ke kota suci itu, Rasulullah telah mulai melahirkan da’wahnya. Orang-orang Quraisy takut kalau-kalau Thufeil menemuinya dan masuk Islam, lalu menggunakan bakatnya sebagai penyair itu membela Islam, hingga merupakan bencana besar bagi Quraisy dan berhala-berhala mereka. Oleh sebab itu mereka melingkunginya selalu dan menyediakan segala kesenangan dan kemewahan untuk melayani dan menerima kedatangannya sebagai tamu, lalu menakut-nakutinya agar tidak berjumpa dengan Rasulullah SAW. Mereka berkata, “Muhammad memiliki ucapan laksana sihir. Maka janganlah ia dibawa bicara, dan jangan dengarkan apa katanya…!”

Namun takdir Ilahi membawa Thufeil ke hadapan Muhammad dan mendengar apa yang diucapkan Rasulullah. Thufeil telah mendengar ucapan yang baik tentang agama Islam dan al-Quran. Maka katanya, “Sungguh! Demi Allah, tak pernah kudengar satu ucapan pun yang lebih baik dari itu, atau suatu urusan yang lebih benar dari itu. Maka masuklah aku ke dalam Islam, dan kuucapkan syahadat yang haq.”

Demi telinganya mendengar sebagian ayat-ayat mengenai petunjuk dan kebaikan yang diturunkan Allah atas kalbu hambaNya, maka seluruh pendengaran dan seluruh hatinya terbuka selebar-lebarnya, dan diulurkannya tangannya untuk bai’at kepada Rasulullah. Dan tidak sampai di sana, tetapi dengan secepatnya dibebaninya dirinya dengan tanggung jawab menyeru kaum dan keluarganya kepada agama yang haq dan jalan yang lurus.

Selama tenggang waktu yang dilaluinya di tengah-tengah kaumnya, Rasulullah telah hijrah ke Madinah, dan telah terjadi perang Badar, Uhud dan Khandak. Tiba-tiba ketika Rasulullah sedang berada di Khaibar, yakni setelah kota itu diserahkan Allah ke tangan Muslimin, satu rombongan besar yang terdiri dari 80 keluarga Daus yang dibawa Thufeil bin ‘Amr datang menghadap Rasulullah sambil membaca tahlil dan takbir. Mereka lalu duduk di hadapannya mengangkat bai’at secara bergantian.

Thufeil melanjutkan usahanya bersama jamaah yang telah beriman itu. Tatkala tibalah saat pembebasan Mekah ia ikut rombongan yang memasukinya, yang jumlahnya sepuluh ribu orang, yang sekali-kali tidak merasa bangga atau besar kepala, hanya sama-sama menundukkan kening karena hormat dan ta’dhim, mensyukuri nikmat Allah yang telah membalas usaha mereka dengan kemenangan nyata, dan pembebasan Mekah yang tak usah menunggu lama.

Demikianlah Thufeil melanjutkan hidupnya bersama Nabi, shalat di belakangnya dan belajar kepadanya serta berperang dalam rombongannya. Dan ketika Rasulullah naik ke Rafiqul A’la, Thufeil berpendapat bahwa dengan wafatnya Rasulullah itu, tanggung jawabnya sebagai seorang Muslim belumlah berhenti, bahkan dikata baru saja mulai.

Ketika pertempuran melawan orang-orang murtad berkobar, Thufeil menyingsingkan lengan bajunya, lalu terjun mengalami pahit getirnya dengan semangat dan kegairahan dari seorang yang rindu menemui syahid. Pada pertempuran Yamamah, ia berangkat bersama kaum Muslimin berperang mati-matian menghadapi tentara Musailamah si pembohong itu. Dan ia pun berfirasat bahwa dalam pertempuran kali ini akan menemui ajalnya.

Karena itu, disiapkannya pedangnya dan diterjuninya pertempuran dengan semangat berkorban dan berani mati. Bukan hanya membela nyawanya dengan pedangnya, tetapi pedangnya pun dibelanya dengan nyawanya! Hingga ketika ia tewas dan tubuhnya rubuh, pedangnya masih teracung dan siap sedia, untuk ditebaskan oleh tangannya yang sebelah yang tidak mengalami cedera apa-apa. Maka dalam pertempuran itu tewaslah Thufeil ad-Dausi r.a. memenuhi syahidnya.* abu ainun/”Karakteristik Perihidup Sahabat Rasulullah” - MasjidRaya.com


KATA KUNCI:

BAGIKAN
BERI KOMENTAR